Unit intelijen militer Rusia, GRU (Glavnoye razvedyvatel’noye upravleniye), dicurigai berada di balik serangan di seluruh Eropa dengan menggunakan senjata akustik terhadap sejumlah diplomat dan mata-mata Amerika Serikat di seluruh dunia.

Soal ini diungkap dalam laporan investigasi The Insider, 60 Minutes dan Der Spiegel, yang menyoroti insiden kesehatan yang tidak dapat dijelaskan dan dikenal sebagai ‘Havana Syndrome’.

Nama ‘Havana Syndrome’ ini bermula pada 2016 ketika diplomat AS di ibu kota Kuba, Havana, melaporkan rasa sakit dan mendengar suara menusuk di malam hari. Ini memicu spekulasi adanya serangan musuh asing menggunakan senjata sonar yang tidak ditentukan.

Hingga saat ini, lebih dari 100 laporan penyakit ini – yang secara resmi disebut sebagai insiden kesehatan yang tidak wajar (AHIs) – telah muncul di kalangan mata-mata, diplomat, perwira militer, dan kontraktor AS di Cina, Eropa, dan Washington D.C.

Investigasi bersama selama setahun, mengutip dokumen intelijen Rusia yang disadap, catatan perjalanan, metadata panggilan telepon, dan kesaksian saksi mata, menunjukkan bahwa Unit 29155 berada di balik serangan misterius tersebut.

Unit 29155 Rusia, sebuah pasukan pembunuh dan tim sabotase GRU, pada tahun-tahun sebelumnya dikaitkan dengan serangkaian upaya pembunuhan yang mengganggu stabilitas di Republik Ceko, Moldova, Bulgaria, Montenegro, dan Inggris. Termasuk upaya peracunan terhadap pembelot Sergei Skripal pada 2018 di Inggris.

Anggota senior Unit 29155 dilaporkan menerima penghargaan dan promosi ke posisi politik karena mengembangkan “senjata akustik yang tidak mematikan,” kata hasil penyelidikan tiga media tersebut.

Serangan berbasis suara dan frekuensi radio mungkin telah dimulai lebih awal dari yang diketahui publik. Sebelumnya The Insider pernah melaporkan dua serangan terpisah di Frankfurt, Jerman pada November 2014.

Moskow sebelumnya membantah bertanggung jawab atas insiden misterius tersebut dan intelijen AS menyimpulkan bahwa keterlibatan asing “sangat kecil kemungkinannya” sebagai penyebab Havana Syndrome yang gejalanya meliputi migrain, pusing kronis, dan depresi.

Pada bulan Maret 2023, badan intelijen melaporkan gejala-gejala tersebut mungkin disebabkan oleh kondisi yang sudah ada sebelumnya, penyakit konvensional, dan faktor lingkungan. Adam, nama samaran petugas CIA pertama yang terkena dampak Sindrom Havana di Kuba, membantah penilaian tersebut dalam komentarnya kepada The Insider.

“Apa yang ditunjukkan oleh penyelidikan jangka panjang adalah bahwa komunitas intelijen [AS] tidak mampu menjalankan fungsinya yang paling mendasar, atau mereka telah berupaya menutupi fakta dan menyilaukan karyawannya yang terluka dan masyarakat luas,” kata Adam seperti dikutip dalam laporan itu.

Pada hari Senin, Kremlin membantah terlibat dan menilai klaim Rusia berada di balik serangan Havana Syndrome adalah “tidak berdasar”. “Ini bukan masalah baru, ini telah dibicarakan di media selama bertahun-tahun, dan sering kali dikaitkan dengan tuduhan terhadap pihak Rusia,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip The Moscow Time.

Leave a comment